Ramadhan oh Ramadhan...
Alhamdulillah, Ramadhan datang kembali...
Kadang, aku cukup bersyukur tinggal di Indo, dimana mayoritas penduduknya Islam. Ketika bulan Ramadhan datang, atmosfer dalam menyambut Ramadhan berasa banget. Dengerin radio, banyak acara Siraman rohani, liat TV, tayangan-tayangan mengenai Ramadhan, hampir di semua stasiun TV. Belum lagi, semarak Ramadhan, seperti kembang api, petasan
.
Dalam hatiku pernah berkata, tiap tahun kita bertemu bulan Ramadhan, tiap tahun kita berpuasa, kan... Tapi, apakah yang membedakan ibadah yang kita lakukan di bulan Ramadhan ini, dengan tahun-tahun sebelumnya? Bukankah seharusnya ibadah puasa yang kita lakukan, banyak berdampak pada kehidupan kita setelah Ramadhan? Tapi, kalo aku instropeksi diri, apakah diriku telah berubah menjadi seseorang yang lebih baik di hadapanNYA? Puasa, sejujurnya hanyalah boleh ditujukan hanya kepada Allah SWT, tidak untuk tujuan yang lain. Dan hakikat berpuasa adalah memperbaiki kualitas iman dan taqwa kita kepadaNYA. Tapi, sering yang aku rasakan adalah, kita berpuasa karena ini adalah sebuah "rutinitas" yang wajib kita lakukan. That's it. Kalo sudah begitu, apa mungkin kita bisa menjadi seorang Hamba yang lebih baik di hadapanNYA? Kemaren aku dengerin sebuah siaran radio (yang notabene, cukup gaul
), penyiarnya ngomong "Selama bulan puasa kita harus menahan diri dulu, ntar setelah lebaran baru party-party lagi sampai jam 5 lagi..." Loh... jadi intinya adalah, selama satu bulan ini, kita berusaha enggak party-party, enggak dugem, menahan segala nafsu, trus semua itu boleh kembali dilakukan setelah lebaran?
Lalu, dimana hakikat puasa itu sendiri? Aku masih inget dengan ceramah seorang ustadz di mesjid pada Ramadhan tahun lalu, bahwa yang terpenting adalah kualitas 11 bulan setelah Ramadhan, sedangkan 1 bulan Ramadhan adalah proses penggemblengan diri. Nah, kalo setelah Ramadhan, kita tidak berubah menjadi seseorang yang lebih baik, malah (na'udzubillahimindalik) jadi semakin buruk, puasa hanyalah menahan haus dan lapar saja.
Ramadhan memang datang silih berganti, tapi kita tak pernah beranjak, dari kualitas Islam menjadi iman, dari kualitas iman menjadi ihsan, sebab kecenderungan ikhtiar kita memeriahkan ramadhan, yang masih cenderung disemangati oleh hasrat jasmaniah daripada fitrah ruhaniah. Semoga saja, pada Ramadhan kali ini, Allah SWT memberikan hidayah pada kita, sehingga kita mampu, menjadikan kualitas Islam kita menjadi Iman, kualitas Iman menjadi Ihsan... Amien Ya Rabbal 'Alamien...
*Terinspirasi dari artikel CyberMQ*


Dalam hatiku pernah berkata, tiap tahun kita bertemu bulan Ramadhan, tiap tahun kita berpuasa, kan... Tapi, apakah yang membedakan ibadah yang kita lakukan di bulan Ramadhan ini, dengan tahun-tahun sebelumnya? Bukankah seharusnya ibadah puasa yang kita lakukan, banyak berdampak pada kehidupan kita setelah Ramadhan? Tapi, kalo aku instropeksi diri, apakah diriku telah berubah menjadi seseorang yang lebih baik di hadapanNYA? Puasa, sejujurnya hanyalah boleh ditujukan hanya kepada Allah SWT, tidak untuk tujuan yang lain. Dan hakikat berpuasa adalah memperbaiki kualitas iman dan taqwa kita kepadaNYA. Tapi, sering yang aku rasakan adalah, kita berpuasa karena ini adalah sebuah "rutinitas" yang wajib kita lakukan. That's it. Kalo sudah begitu, apa mungkin kita bisa menjadi seorang Hamba yang lebih baik di hadapanNYA? Kemaren aku dengerin sebuah siaran radio (yang notabene, cukup gaul


Ramadhan memang datang silih berganti, tapi kita tak pernah beranjak, dari kualitas Islam menjadi iman, dari kualitas iman menjadi ihsan, sebab kecenderungan ikhtiar kita memeriahkan ramadhan, yang masih cenderung disemangati oleh hasrat jasmaniah daripada fitrah ruhaniah. Semoga saja, pada Ramadhan kali ini, Allah SWT memberikan hidayah pada kita, sehingga kita mampu, menjadikan kualitas Islam kita menjadi Iman, kualitas Iman menjadi Ihsan... Amien Ya Rabbal 'Alamien...
*Terinspirasi dari artikel CyberMQ*
posted by Rere @ 07:14,